Orang yang punya kekuatan ruhiyah yang kuat, ia tidak akan peduli apakah dia akan menang atau kalah, kaya atau miskin, terkenal atau tidak, yang penting baginya ridha Allah
inaaf.my.id | SETIAP orang
punya alasan kenapa mereka melakukan suatu perbuatan. Ada yang termotivasi
karena ingin sukses, ingin eksis, pun ada yang terdorong karena marah atau
dendam, dan ada juga yang rela berjuang bahkan sampai titik darah penghabisan
karena merasa itu adalah panggilan hati.
Semua dorongan itu
sebenarnya datang dari kekuatan yang ada dalam diri kita.
Nah, kekuatan dalam
diri manusia ini ada tiga jenis: kekuatan fisik, kekuatan moral, dan kekuatan
ruhiyah. Masing-masing punya peran dalam mendorong seseorang bertindak, tapi
tidak semuanya punya pengaruh yang sama besar.
Kekuatan fisik memiliki
pengaruh, kekuatan moral cukup kuat, tapi yang paling hebat adalah kekuatan
ruhiyah. Berikut penjelasannya:
Pertama,
kekuatan fisik: Penting, tapi tidak selalu jadi faktor utama
Kekuatan fisik itu yang
paling dasar. Ini berkaitan dengan tubuh kita dan semua hal yang bisa kita
gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Contohnya, otot yang
kuat, sarana untuk beraktivitas, uang untuk membeli barang, atau kendaraan
untuk bepergian.
Tapi ada satu masalah
besar: kekuatan fisik ini nggak bisa mendorong seseorang bertindak kalau dia
sendiri tidak merasa butuh atau tidak punya motivasi lain.
Misalnya, kamu punya
tubuh kuat dan senjata lengkap, tapi kalau tidak ada alasan buat berperang,
kamu tidak bakal akan turun ke medan perang.
Bahkan kalau kamu
merasa sudah cukup kuat untuk bertarung, ada faktor lain yang bisa bikin kamu
ragu. Misalnya, tiba-tiba kamu kepikiran, “Gimana kalau ternyata musuh lebih
kuat? Gimana kalau ada jebakan?”
Keraguan ini bisa bikin
kamu mundur, meskipun secara fisik kamu siap.
Jadi, meskipun kekuatan
fisik itu penting, dorongannya terbatas. Ia hanya berfungsi kalau ada faktor
lain yang memperkuat niat seseorang untuk bertindak.
Atau contoh sederhana,
kamu punya akun Facebook, ada sinyal, smartphone ready,
kamu belum tentu akan update status meski kekuatan fisik itu
ada, namun jika ada dorongan lain semisal sekedar ingin eksis.
Kedua,
kekuatan moral: Lebih besar dari fisik, tapi masih labil
Kekuatan moral
berkaitan dengan nilai-nilai yang dia pegang, seperti keinginan untuk membela
yang lemah, mendapatkan kehormatan, membela bangsa atau sukunya, maupun
memperjuangkan sesuatu yang dia anggap perlu dibela.
Beda dengan kekuatan
fisik yang tergantung pada kondisi luar, kekuatan moral muncul dari dalam hati.
Kalau seseorang merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu demi keadilan,
kehormatan, atau harga diri, dia bisa nekat melakukannya meskipun secara fisik
dia lemah.
Misalnya, ada seorang
pejuang yang bertarung melawan penjajahan. Dia tahu bahwa musuhnya jauh lebih
kuat, tapi dia tetap berjuang karena dia percaya bahwa itu adalah panggilan
hati. Motivasi moralnya lebih besar dari sekadar perhitungan fisik.
Atau ada aktivis yang
menggebu-gebu melawan oligarki ketika masih mahasiswa tapi ketika sudah tua dan
mendapat jatah duniawi dia menjadi penjilat.
Karena terdapat
kelemahan dalam kekuatan moral ini dan ia cenderung berubah-ubah. Orang yang
awalnya semangat berjuang bisa kehilangan motivasi kalau tergoda oleh harta,
jabatan, atau rasa takut.
Misalnya, seorang
pemimpin yang awalnya ingin membela rakyatnya, tapi ketika mendapat iming-iming
kekayaan atau langgengnya kududukan oleh oligarki, dia malah bisa berbalik
arah. Begitu juga aktivis tadi.
Itulah kenapa, meskipun
kekuatan moral lebih kuat daripada kekuatan fisik, tapi masih ada kelemahan
Ketiga,
kekuatan ruhiyah: Pengaruh yang paling dahsyat
Nah, sekarang kita
masuk ke kekuatan yang paling luar biasa: kekuatan ruhiyah. Ini adalah
kesadaran seseorang bahwa dia punya hubungan dengan Allah Swt. Kesadaran ini
muncul dari pemikiran yang jernih.
Beda dengan kekuatan
fisik dan moral yang masih tergantung pada situasi, kekuatan ruhiyah tidak akan
goyah dalam kondisi apapun.
Orang yang punya
kekuatan ruhiyah yang kuat, ia tidak akan peduli apakah dia akan menang atau
kalah, kaya atau miskin, terkenal atau tidak. Yang paling penting baginya
adalah menjalankan perintah Allah untuk mencari ridha Allah.
Contohnya, seorang
pejuang yang berperang karena Allah. Dia nggak peduli apakah dia akan dapat
harta rampasan atau tidak, apakah dia akan dikenang sebagai pahlawan atau
tidak.
Dia hanya ingin
menjalankan perintah Allah, karena itulah yang paling penting baginya.
Kekuatan ruhiyah juga
bikin seseorang tetap teguh, bahkan ketika dihadapkan pada situasi yang
mustahil. Seorang pengemban dakwah dengan kekuatan ruhiyah yang tinggi tidak
akan mundur meskipun dia menghadapi tantangan yang besar.
Kenapa? Karena dia
yakin bahwa pertolongan Allah itu nyata, dan yang terpenting adalah memenuhi
perintah-Nya.
Tapi ada satu hal yang
harus diperhatikan: kalau kekuatan ruhiyah hanya muncul dari perasaan sesaat,
maka ia bisa melemah. Misalnya, seseorang yang tiba-tiba merasa dekat dengan
Allah saat sedang dalam masalah, atau ruhiyah kuat saat bulan Ramadhan saja,
tapi begitu masalahnya dan Ramadhan selesai, dia melemah lagi.
Itu sebabnya, kekuatan
ruhiyah harus didasarkan pada keyakinan yang kokoh melalui pemikiran yang
cemerlang.
Karena itu, kekuatan
ruhiyah bukan sekadar tambahan, tapi justru jadi fondasi utama kehidupan
seorang muslim. Sedangkan kekuatan fisik adalah tambahannya.
Semua yang dilakukan
seorang muslim harus didasarkan pada kesadaran akan hubungannya dengan Allah.
Halal dan haram jadi standar dalam bertindak yang bukan hanya sekadar melihat
untung-rugi duniawi, namun dalam rangka mencari keridhoan Allah.
Semakin kuat kesadaran
seseorang akan hubungannya dengan Allah, semakin besar pula kekuatan
ruhiyahnya. Inilah yang membuat seorang muslim tetap tegar dalam menghadapi
berbagai dinamika kehidupan dan menjadi alasan utama akan keteguhannya dalam
membela kebenaran.
رَبَّنَا
لَا
تُزِغۡ
قُلُوبَنَا
بَعۡدَ
إِذۡ
هَدَيۡتَنَا
وَهَبۡلَنَا
مِن
لَّدُنكَ
رَحۡمَةًۚ
إِنَّكَ
أَنتَ
ٱلۡوَهَّابُ
“Ya Rabbana, janganlah
Engkau menjadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk
kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. Sungguh,
Engkaulah Maha Pemberi (karunia).” (QS Ali Imran: 8).
Semoga Allah membimbing kita semua. Aamiin. Wallahu A’lam.*
Sumber : hidayatullah.com
0 komentar:
Posting Komentar