Kegembiraan selalu ditampak Rasulullah saat datangnya Ramadhan, bulan berkah, ketika pintu langit dibuka, dan pintu neraka Jahim ditutup
inaaf.my.id | BULAN Ramadhan merupakan tamu istimewa yang selalu dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Ia hadir dengan membawa keberkahan, limpahan pahala, serta kesempatan emas untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
Sejak dahulu kala, kedatangan bulan suci ini telah disambut dengan suka cita, baik dalam lingkup masyarakat maupun dalam karya sastra, baik dalam bentuk prosa maupun puisi. Tradisi menyambut Ramadhan dengan penuh kegembiraan.
Para salafus saleh –sebagaimana yang disebutkan Ibnu Rajab Al-Hanbali—begitu antusias menyambut Ramadhan bahkan 6 bulan sebelum Ramadhan. Mereka terinspirasi kepada Rasulullah yang sangat gembira dalam menyambut Ramadhan. Bahkan, dalam momentum bulan Sya’ban sebagai gerbang menuju Ramadhan, beliau memberi penjelasan mengapa di dalamnya disyariatkan amal sebagaimana bulan Ramadhan:
وَلَمَّا كَانَ شَعْبَانُ كَالْمُقَدِّمَةِ لِرَمَضَانَ شُرِعَ فِيهِ مَا يُشْرَعُ فِي رَمَضَانَ مِنَ الصِّيَامِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ؛ لِيَحْصُلَ التَّأَهُّبُ لِتَلَقِّي رَمَضَانَ، وَتَرْتَاضَ النُّفُوسُ بِذَلِكَ عَلَى طَاعَةِ الرَّحْمَنِ.
“Dan karena bulan Sya’ban seperti pengantar untuk bulan Ramadhan, maka disyariatkan di dalamnya apa yang disyariatkan di bulan Ramadhan berupa puasa dan membaca Al-Qur’an, agar mendapatkan persiapan untuk menyambut Ramadhan dan jiwa-jiwa terlatih dengan ketaatan kepada Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih).”
Semua ini dilakukan sebagai bentuk serius menyambut Ramadhan.
Di dalam Riwayat Nasa’i, saat Ramadhan tiba, kegembiraan itu tampak pada sikap dan
perkataan Rasulullah: “Ramadhan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan berkah, Allah -Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di buan itu pintu langit dibuka, dan pintu neraka Jahim ditutup dan syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia tidak mendapatkannya.” (2004: 135).
Ini menunjukkan betapa besar apresiasi Rasulullah terhadap hadirnya bulan agung ini.
Tradisi Ucapan Selamat dan Doa
Sejak masa lampau, ucapan selamat dan doa di awal Ramadhan telah menjadi kebiasaan yang terus berlangsung hingga kini. Para ulama, cendekiawan, dan bahkan para pemimpin telah mengirimkan ucapan selamat dan doa keberkahan kepada keluarga, sahabat, dan kolega.
Salah satu ucapan yang terkenal berasal dari Imam Ja’far Ash-Shadiq, yang mengatakan:
الصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنْ آفَاتِ الدُّنْيَا، وَحِجَابٌ مِنْ عَذَابِ الْآخِرَةِ، فَإِذَا صُمْتَ فَإِنَّهُ بِصَوْمِكَ كَفُّ النَّفْسِ عَنِ الشَّهَوَاتِ وَقَطْعُ الْهِمَّةِ عَنْ خُطُوَاتِ الشَّيَاطِينِ
“Puasa adalah perisai dari berbagai bencana dunia dan tirai dari siksa akhirat. Maka ketika engkau berpuasa, tahanlah dirimu dari syahwat dan memutus keinginan (mengikuti) langkah-langkah setan.” (Muhammad Rajab As-Saamirra’i, Ramadhaan fiil Hadhaarah al-‘Arabiyyah al-Islaamiyyah)
Begitu pula dengan Imam Hasan Al-Bashri yang menegaskan bahwa Ramadhan adalah medan perlombaan bagi kaum Muslimin untuk meraih keberkahan Allah. Beliau berkata:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ جَعَلَ رَمَضَانَ مِضْمَارًا لِخَلْقِهِ، يَسْتَبِقُونَ فِيهِ بِطَاعَتِهِ، فَسَبَقَ قَوْمٌ فَفَازُوا، وَتَخَلَّفَ آخَرُونَ فَخَابُوا
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan Ramadhan sebagai arena perlombaan bagi makhluk-Nya untuk berlomba dalam ketaatan kepada-Nya. Maka ada kaum yang berlomba-lomba hingga menang dan ada pula yang tertinggal hingga merugi.” (Muhammad Abul Abbas, Al-Kaamil fi al-Lughah wa al-Adab, 2004: I/85)
Hal ini mengingatkan kita bahwa Ramadhan bukan sekadar bulan untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga bulan untuk meningkatkan ibadah, menahan hawa nafsu, dan memperbanyak amal kebaikan.
Tradisi Kesenian dalam Menyambut Ramadhan
Dalam sastra Arab klasik, banyak ditemukan ungkapan-ungkapan indah dalam bentuk puisi dan prosa untuk menyambut Ramadhan. Salah satu contohnya adalah ungkapan dari penyair Andalusia, Ibnu Hamadis Ash-Shiqilli, yang berkata:
واقتَضَى الشَّهرُ من مَعَالِيكَ صُنْعَاً
مُعْلِياً مِنْهُ هِمّةً باهتِمَامِ
صُمْتَ للهِ صَوْمَ خَرْقٍ هُمَامٍ
مُفِطِّر الكَفايا بالعَطايا الجِسَامِ
أطلعَ اللهُ للصِيامِ هِلالاً
ولنـا مِنْ عُلاَكَ بَـدْرَ تَمَامِ
“Bulan (Ramadhan) ini menuntut dari ketinggianmu sebuah tindakan, Meninggikan semangat dengan penuh perhatian. Engkau berpuasa untuk Allah dengan puasa yang penuh keberanian, Memberi makan kepada yang membutuhkan dengan pemberian yang besar. Allah telah menampakkan hilal untuk puasa, Dan bagi kita dari keagunganmu adalah bulan purnama yang sempurna.”
Selain itu, penyair Ibn Darraj Al-Qasthalli menulis puisi untuk mengucapkan selamat datang kepada Ramadhan, menyatakan bahwa bulan suci ini menjadi saksi di hadapan Allah bahwa penerima puisi ini adalah orang yang berbakti dalam berpuasa dan mendapat pahala dari Allah. Ia menekankan bahwa usaha dan kesabaran dalam berpuasa akan mendapatkan balasan yang baik dan diterima oleh Allah.
Tamim bin Al-Mu’izz juga menulis puisi yang mengucapkan selamat datang kepada bulan Ramadhan, menegaskan bahwa puasa adalah kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah atas setiap Muslim. Ia mengungkapkan bahwa cinta dan kasih sayang kepada penerima puisi adalah seperti kewajiban puasa, yakni berdasarkan kebenaran, bukan ilusi.
Seorang penyair lainnya mengirim beberapa bait puisi kepada temannya untuk menyambut Ramadhan. Dalam puisinya, ia menggambarkan bagaimana bulan puasa datang dengan keberkahan, menghiasi istana temannya, dan menyambut tamu dengan meja-meja yang terisi penuh.
Syair ini mencerminkan kebahagiaan dan kemuliaan dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Dari sini kita bisa melihat bagaimana para penyair dan sastrawan memandang bulan Ramadhan sebagai waktu yang penuh makna dan keberkahan.
Semangat menyambut Ramadhan harus senantiasa dijaga dengan penuh kegembiraan, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara spiritual. Tradisi mengucapkan selamat dan doa, memperbanyak ibadah, serta meneladani para ulama dan sastrawan dalam menggambarkan keindahan bulan ini, adalah bagian dari semangat menyambut Ramadhan.*
Sumber : hidayatullah.com
0 komentar:
Posting Komentar